MAKALAH
ILMU MEDIA PEMBELAJARAN
MEKANISME PRODUKSI MEDIA PEMEBELAJARAN
Disusun
untuk memenuhi tugas mata kuliah Media Pembelajaran
Dosen
Pengampu: Wahyu Kurniawati, S.Si.

Disusun Oleh :
Harminah Safitri 11144600129
Rohmah Nurhayati 11144600143
Khairya A.
11144600157
Nur Muhar F. 11144600164
Kelas A4-11
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
PGRI YOGYAKARTA
2012
|
MEKANISME
PRODUKSI MEDIA PEMBELAJARAN
A.
PENGERTIAN
Sebelumnya
sudah disinggung bahwa naskah itu
berguna untuk dijadikan penuntun dalam produksi. Naskah adalah rancangan
produksi. Naskah adalah bentuk tertulis dari pemikiran seseorang atau kelompok
orang yang telah disistemasikan dan dimaksuskan untuk menyampaikan pesan
(message) demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.
Fungsi
tulisan atau naskah:
1. Perwujudan
gagasan/pemikiran seseorang/kelompok
2. Medium
penyampaian pesan
3. Ekspresi
budaya masyarakat
4. Bukti
pencapaian tingkat peradaban
Ragam naskah/tulisan menurut
sifat informasi:
1.
Factual
2.
Fiksisonal
3.
Faksional
Ragam naskah/tulisan berdasarkan prosesnya:
1.
Canon (Kitab Suci)
2.
Penulisan kreatif (fiksi: puisi, cerpen, drama, dan
Feature)
3.
Penulisan non kreatif (nonfiksi: berita, dan ilmiah)
Ragam naskah/tulisan menurut pendekatan media dan
metode penulisan:
1.
Naskah Ilmiah (makalah, artikel jurnal,skripsi,
thesis, disertasi, laporan penelitian dan ilmiah populer)
2.
Naskah Jurnalistik
3.
Laporan Penelitian
Ragam tulisan menurut cara pengungkapannya
1.
Narasi adalah tulisan yang bertujuan menyampaikan atau
menceritakan rangkaian peristiwa yang dialami manusia berdasarkan
perkembangannya dari waktu ke waktu. Tulisan narasi mempunyai pola: dimulai
dari awal peristiwa, tengah peristiwa dan waktu ditutup dengan akhir peristiwa.
Ada dua jenis narasi yaitu:
a.
Narasi informative/ekspositoris adalah bentuk narasi
yang menampilkan fakta apa adanya, bersifat objektif. Tulisannaya cenderung bersifat eksposisi,
menggunakan bahasa yang lugas, dan konfliknya tidak begitu kelihatan.
b.
Narasi literer adalah tulisan bentuk narasi yang
merupakan hasil imajinasi penulis sehingga lebih tepat disebut sebagai karya
seni kreatif, dan bersifat subjektif. Contoh karya jenis ini mudah didapatkan
pada cerpen dan novel.
Penanda tulisan bentuk narasi:
1.
Berupa cerita tentang peristiwa atau pengalaman
manusia
2.
Kejadian atau peristiwa yang disampaikan dapat berupa
peristiwa atau kejadian yang benar-benar terjadi, dapat berupa semata-mata
imajinasi atau gabungan keduanya
3.
Berdasarkan konflik. Jenis tulisan narasi tidak akan
menarik tanpa adanya konflik.
4.
Memiliki estetika karena isi dan cara penyampaiannya
bersifat sastra, khususnya yang berbentuk fiksi.
5.
Menekankan susunan kronologis.
6.
Biasanya memiliki dialog
Langkah penulisan:
1.
Yakinilah bahwa cerita yang akan ditulis mempunyai
nilai.
2.
Tulislah peristiwa itu dengan urutan yang jelas.
3.
Gunakan dialog dimana mungkin dan dimana perlu.
4.
Pilihlah detail cerita secara teliti.
5.
Pilih dan tetapkan pusat perhatian.
2.
Eksposisi adalah tulisan yang bertujuan menjelaskan
atau memberikan informasi tentang sesuatu. Tulisan ini dapat menggunakan
susunan kronologis, sususnan ruang, dan susunan logis. Tetapi yang paling
dominan adalah bentuk susunan logis. Eksposisi yang cenderung dimaksudkan untuk
mempengaruhi pendapat pembaca dengan cara memaparkan data pembuktian atas
penalaran disebut argumentasi. Eksposisi yang cenderung menonjolkan rincian
atau detail atas sesuatu, seperti halnya buku petunjuk, disebut diskripsi.
Contoh tulisan bentuk eksposisi adalah buku-buku petunjuk, tentang berbagai
hal, sebagian besar buku teks, laporan, dan skripsi.
Pola penulisan:
Dalam pembuatan
tulisan bentuk eksposisi biasanya menggunakan pola sebagai berikut: (1) definisi,
(2) klasifikasi, (3) perbandingan dan pertentangan, (4) analisis fungsional.
Cara penandanya:
1.
Berupa tulisan yang memberikan pengertian dan
pengetahuan.
2.
Menjawab pertanyaan tentang apa, mengapa, kapan, dan
bagaimana.
3.
Disampaikan secara lugas menggunakan bahasa baku.
4.
Menggunakan bahasa yang memberikan kesan tidak
memihak, netral dan tidak memaksakan kehendak penulis terhadap pembaca.
5.
Umunya menggunakan saluran logis.
Langkah
penulisan:
1.
Pilihlah sumber materi tulisan secara teliti.
2.
Sadarilah selalu tujuan penulisan.
3.
Ingat selalu calon Pembaca.
4.
Pilihlah organisasi penyajian sesuai dengan tujuan
penulisan.
3.
Deskripsi adalah tulisan yang tujuannya memberikan
perincian atau detail tentang objek sehingga dapat memberikan pengauh pada
sensitivitas dan imajinasi pembaca atau pendengar sehingga mereka bagaikan ikut
melihat, mendengar, merasakan, atau mengalami langsung objek tersebut.
Dua jenis diskripsi:
1.
Diskripsi Ekspositorik, adalah tulisan yang bertujuan
menjelaskan sesuatu dengan perincian yang jelas sebaimana adanya tanpa
menekankan unsur impresi atau sugesti kepada pembaca.
2.
Diskripsi Artistik, adalaah tulisan yang mengaraah
kepaada pemberian pengalaman pembaca bagaikan berkenalan langsung dengan objek
yang disampaaikan dengan jalan menciptakan sugesti dan impresi melalui pilihan
kata dan kalimat yang dapat menggugah perasaan pembaca.
Ciri penanda tulisan diskripsi:
1.
Berusaha memperlihatkan detail atau perincian tentang
obyek.
2.
Member pengaruh sensitivitas dan membentuk imajinasi
pembaca.
3.
Disampaikan dengan gaya memikat dan dengan pilihan
kata yang menggugah.
4.
Banyak memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar,
dilihat dan dirasakan sehingga obyeknya pada umumnya benda, alam, warna dan
manusia.
5.
Organisasi penyampaiannya lebih banyak menggunakan
susunan ruang (sparcial order).
Langkah
penulisan:
1.
Pilih dan perhatikan detail dengan teliti.
2.
Gunakan pilihan kata yang tepat.
3.
Argumentasi adalah tulisan yang bertujuan meyakinkan
atau membujuk pembaca tentang kebenaran pendapat atau penyertaan penulis dengan
jalan memberikan pembuktian, alasan, serta ulasan secara obyektif dan
meyakinkan.
Penulis dapat mengatakan atau mengajukan argumennya
dengan:
a.
Contoh-contoh
b.
Analog
c.
Sebab akibat, atau dengan pola deduktif atau induktif
Ciri penandanya:
1.
Bertujuan meyakinkan orang lain (eksposisi memerikan
informasi).
2.
Berusaha membuktikan kebenaran sesuatu pernyataan atau
pokok persoalan (eksposisi hanya menjelaskan)
3.
Mengubah pendapat pembaca.
4.
Fakta yang ditampilkan merupakan pembuktian.
Langkah penulisan:
1. Kumpulkan
data dan fakta.
2. Tentukan
sikap atau posisi anda terhadap masalah.
3. Nyatakan pada
bagian awal atau pengantar tantang sikap Anda.
4. Kembangkan
penalaran anda dengan urutan dan kaitan yang jelas.
5. Uji argument
anda dengan jalan mencoba mengendalikan diri anda berada pada posisi kontras.
6. Hindarilah
penggunaan istilah yang terlalu umum atau istilah yang dapat menimbulkan
prasangka atau melemahkan argument anda.
7. Menetapkan
titik ketidaksepakatan yang akan diargumentasikan.
IDENTIFIKASI RAGAM TULISAN
1.
Berita :
a.
Informasi actual
b.
Mengandung unsure 5 W + 1 H
c.
Mengandung unsur :
1)
Penting (sosial pragmatic).
2)
Menarik (memenuhi kebutuhan psikologis)
3)
Aktual,prominence,magnitude,konflik,dll.
d.
Konteks:
Politik,Ekonomi,Sosial,Kultural,dll.
e.
Penulisannya lugas: obyektif, dan bahasa denotative.
f.
Jenisnya:
1)
Menurut kemendesakan waktu penulisan : straight news
dan laporan.
2)
Menurut tingkatan kepentingannya : hot news dan soft
news.
g.
Struktur Penulisan :
1)
Straight News menggunakan pendekatan piramida
terbalik.
2)
Laporan gaya penulisannya relative bebas.
h.
Ditulis oleh wartawan media yang bersangkutan.
i.
Terikat pada kode etik jurnalistik.
2.
Cerpen, novel dan sejenisnya :
a.
Informasinya bersifat fiksional.
b.
Subyektif/imajinatif.
c.
Bahasanya asosiatif.
d.
Wujudnya: prosa, prosa lirik, puisi.
e.
Sosialisasi nilai-nilai universal.
f.
Gaya penulisannya relative bebas (gaya, struktur, dll)
3.
Feature :
a.
Informasinya bersifat faksional.
b.
Jenis:
1)
Feature yang bersifat insane.
2)
Feature tentang sejarah.
3)
Feature mengenai tokoh/biografi.
4)
Feature mnegnai perjalanan/travelog.
5)
Feature tentang ilmu pengetahuan.
6)
Feature yang mengajarkan sesuatu.
c.
Mengandung Unsur:
1)
Kreativitas.
2)
Informative.
3)
Menghibur.
4)
Subyektif.
d.
Menekankan aspek kepuasan batin/jiwa.
e.
Tidak harus mengandung unsure 5W + 1H.
f.
Bahasa penulisannya bersifat sastrais
g.
Penulisannya dapat dilakukan oleh free lancer
(penulisan lepas) uangnya besar.
4.
Artikel/opini:
a.
Bersifat ilmiah populer.
b.
Mengandung gagasan original dari penulisnya.
c.
Analisi permasalahan dan Problem Solving.
d.
Menggunakan bahasa baku
e.
Terkait dengan tema actual.
f.
Panjang karangan antara 4-6 halaman (Untuk Koran).
5.
Essay:
a.
Sosialisasi nilai kemanusiaan/kemuliaan/universal.
b.
Mengubah kesadaran jiwa.
c.
Gaya penulisannya bebas,cenderung sastrais.
Syarat Dasar Menjadi Penulis:
1.
Mempunyai idealisme dan kegelisaan untuk
memperjuangkan nilai (universal)
2.
Mempunyai rasa ingin tahu yang besar.
3.
Mempunyai komitmen jelas terhadap sesuatu yang
berkaitan dengan nilai yang akan diperjuangkan.
4.
Mempunyai konsisten sikap terhadap nilai.
5.
Mempunyai banyak referensi (literature maupun
pengalaman)
6.
Mempunyai semangat pengabdian yang tinggi.
7.
Mempunyai tanggung jawab profesi yang tinggi.
8.
Jujur.
Syarat Teknis Menjadi Penulis:
1.
Mempunyai ketrampilan bahasa yang baik.
2.
Kemampuan penguasaan media
3.
Rajin mengikuti perkembangkan situasi lingkungan
4.
Kreatif/pandai membaca peluang
5.
Tidak mudah putus asa
6.
Mempunyai human relation yang baik.
(http://vythanobytha.blogspot.com/p/penulisan-naskah-media-pembelajaran.html.15
September 2012.12:34)
Dengan
naskah kita dipandu harus mengambil gambar, merekam suara, memadukan gambar dan
suara, memasukan musik dan FX, serta menyunting gambar dan suara itu supaya
alur penyajiannya sesuai dengan naskah, menarik dan mudah diterima oleh
sasaran, semua kegiatan itu disebut kegiatan produksi.
Kegiatan
produksi ini memiliki tiga kelompok personil yang terlibat, yaitu sutradara
atau pemimpin produksi, kerabat kerja dan pemain. Ketiga kelompok personil itu
mempunyai tugas dan tanggungjawab yang berbeda namun semuanya menuju satu
tujuan yaitu menghasilkan program media yang mempunyai mutu teknis yang baik.
Program
produksi memiliki tingkat kerumitan yang berbeda antara media yang satu dengan
media yang lainnya. Produksi audio dapat dilakukan oleh seorang sutradara dengan
dibantu dua orang teknisii dan beberapa orang pemain. Dalam produksi film
bingkai jumlah kerabat kerja yang diperlukan sudah lebih banyak, kecuali
kerabat kerja untuk merekam audionya sutradara perlu dibantu pula oleh juru
kamera, dan grafik artis. Pada produksi TV/vidio dan film jumlah kerabat kerja
tersebut sudah menjadi lebih kompleks. Selain itu, juru audio dan grafik artis
diperlukan juga juru kamera lebih dari seorang, juru lampu, juru rias, pengatur
setting, juru perlengkapan dan juru catat. Karena kompleksnya pekerjaan,
sutradara perlu dibantu oleh pembantu sutradara.
B.
PRODUKSI
AUDIO
1. Studi
Produksi
Program
audio direkam didalam suatu studio produksi atau seiring juga disebut studio
rekaman. Studio ini terdiri dari dua ruangan, yaitu ruang kontrol dan
studionya, yang keduanya dibatasi dinding berjendela kaca sehingga orang yang
ada di dalam kedua ruangan itudapat saling melihat.
Ruang
kontrol dilengkapi alat rekaman. Ruangan ini biasanya terdiri dari alat rekaman
audio, alat pemutar audio, alat pemadu suara, dan tombol pengatur suara.
Disamping itu, ruangan tersebut memiliki alat untuk penyunting suara.
Ruang
Studio adalah sebuah ruangan yang kedap suara. Ruang ini dilengkapi dengan
berbagai mikropon, tempat untuk duduk pemain, alat musik, misalnya piano,
perlengkanpan untuk membuat FX, dan pengeras suara. Kedua ruangan tersebut
dihubungkan dengan interkom, yang memudahkan orang di ruang ontrol
berkomunikasi dengan orang-orang di dalam studio.
2. Pembagian tugas dalam produksi
1) Sutradara
Sutradara
adalah pemimpin produksi. Tanggungjawab baik buruknya produksi ada pada
sutradara.
Sebelum
produksi dimulai, seorang sutradara harus mempelajari naskah dengan teliti.
Setelah itu, ia mempunyai interpretasi yang baik terhadap setiap adegan dari
naskah itu.
Ia
juga harus dapat menghayati benar perwatakan yang dibawakan oleh masing-masing
pelaku dalam naskah itu. Ia juga harus dapat membayangkan musik dan sound
effect yang bagaimana yang diperlukan untuk mendukung terciptanya suasana
seperti yang dikehendaki oleh naskah itu.
Setelah
naskah dipelajari, sutradara bertugas mengatur perbanyakan naskah yang akan
diproduksi. Kertas yang digunakan seyogyanya kertas yang agak tebal supaya
tidak mudah terlipat dan tidak menimbulkan suara dalam produksi nanti.
Sutradara
harus memilih pemain yang akan membawakan naskah sesuai perwatakan tiap
pelakunya. Sutradara yang telah biasa memimpin produksi biasanya telah
mempunyai koleksi pemain, dan sudah mengenal benar kemampuan masing-masing
pemain sehingga ia dapat memilih pemain yang paling sesuai untuk diserhi tugas
memegang peran tertentu. Bila ia belum mengenal pemainnya ia harus memilih
pemain tersebut melalui audisi atau seleksi.
Bial
ia telah menentukan pemain untuk tiap peran, sutradara harus segera membagikan
naskah kepada mereka supaya mereka dapat mempelajarinya. Dalam program
audio pemain tidak dituntut untuk
menghafalkan naskahnya. Karena dalam rekaman nanti mereka dapat membaca. Yang
penting adalah mereka harus dapat menghayati perwatakan yang harus dibawakan,
dan dapat membaca naskah sesuai perwatakan itu.
Sutradara
harus memesan studio rekaman sesuai dengan prosedur yang berlaku supaya pada
saatnya nanti, studio tersebut tidak dipakai oleh orang lain dan dalam keadaan
siap untuk digunakan. Setelah studio rekaman diperoleh dengan pasti, sutradara
menyampaikan undangan tertulis kepada semua pemain dan kerabat kerja dengan
menyebut secara jelas jam, tanggal, dan tempat rekaman itu. Undangan ini jangan
diberikan dalam waktu yang sangat mendesak.
Sutradara
bertugas memilih musik yang sesuai dengan suasana yang akan diciptakan. Dia
perlu datang ke perpustakaan lagu dan mencoba lagu yang dicarinya satu persatu
untuk mendapatkan lagu yang benar-benar sesuai dengan naskah. Bila ia telah
menemukan lagu itu naskahnya harus ditandai dengan tinta yang jelas
mencantumkan nama lagu, nomor piringan hitamnya, track keberapa, berapa
panjangnya.
Sutradara
juga harus mencari sound effect yang sesuai denagan suasana naskahnya.bila
naskahnya ingin menggambarkan seorang direktur yang pergi dengan mobil,
tentunya ia harus memilih suara mobil sedan yang baik dan bukannya suara truk
atau pick-up. Seperti halnya dalam memilih lagu, setelah FX tadi ditemukan ia
harus memberi tanda pada naskahnya dengan nama FX, nomorpiringan hitam, track
keberapa, berapa panjangnya. Jika FX itu tidak diambil dari rekaman atau harus
diciptakan sendiri, ia harus mencoba bunyi yang akan diciptakannya, misalnya
ketukan-ketukan pintu, langkah kaki, dering telepon. Ia harus menyediakan
peralatan yng diperlukan untuk menciptakan suara-suara itu, menentukan tempat
dalam studio itu dimana bunyi-bunyi itu akan diciptakan, berapa jarak mikropon
dari sumber bunyi itu dan sebagainya.
Sutradara
harus dapat bekerja sama dengan teknisi dengan baik. Teknisi adalah orang yang
akan membantunya dalam rekaman. Betapapun bagusnya gagasan sutradara tentang
program yang akan diproduksi bila teknisi atau operator yang akan merekam tidak
paham tentu hasilnya kurang baik. Karena itu, ia harus membicarakan naskahnya
dengan teknisi atau operator yang akan membantunya itu. Ia juga harus
membicarakan keluar masuknya musik, keluar masuknya FX, effect apa yang ingin
diperoleh dari musik dan FX itu, berapa lama musik dan FX itu diperlukan dan
sebainya. Selanjutnya, ia harus membicarakan bagaimana FX itu akan diperoleh,
serta menunjukan bagian-bagian musik dan FX yang akan digunakan. Ia juga harus
memberi rahukan kepada teknisi berepa mikropon yang akan digunakan dan jenis
nikropon yang bagaimana yang diperlukan.
2) Kerabat
Kerja
Dalam
produksi audio, kerabat kerja yang diperlukan hanya dua orang operator. Seorang
operator melayani pengaturan tombol rekaman serta bertugas mengatur jalannya
pita rekaman pada alat perekam. Ia juga bertanggungjawab membuat saluran yang
menghubungkan mikropon dengan mesin perekam.
Seorang
operator lainnya bertugas menyiapkan musik dan sound effect yang akan digunakan
dalam rekaman. Ia harus memasangkan piringan hitam pada meja putar dan
memasangkan jarum tepat pada track musik atau FX yang diperlukan.
Kedua
teknisi atau operator itu bekerja sasuai dengan petunujuk sutradara.
3) Pemain
Pemain
ialah orang-orang yang ditunjuk untuk membacakan naskah. Biasanya seorang
pemain hanya memegang satu peran saja dalam suatu naskah tertentu.
Seorang
pemain yang telah menyanggupi untuk ikut rekaman berkewajiban mempelajari
naskahnya. Ia harus menghayati benar peran yang akan dibawakannya. Ia harus
melatih diri membaca naskah supaya dalam rekaman nanti tidak terdengar kesan bahwa
naskah itu dibaca, melainkan terdengar seperti orang bercakap atau bercerita.
Dalam latihan membaca ini bila perlu ia dapat memberi tanda-tanda baca pada
naskahnya.
Pemain
harus mengikuti petunjuk sutradara dalam membawakan perannya. Seorang pemain
tidak boleh berkecil hati kalau membacanya dianggap kurang betul oleh
sutradaranya dan harus berusaha membetulkannya sesuai petunjuk sutradaranya.
Pada
waktu \yang telah ditentukan pemain harus datang tepat pada waktunya. Jam
menggunakan studio terbatas. Katena itu, pemain harus berusaha supaya ia tidak
menyebabkan terbuangnya waktu penggunaan studio denga sia-sia.
3. Pelaksanaan
Produksi
Pada
waktu rekaman yang telah ditentukan, seorang sutradara, harus datang lebih awal
dari para pemainnya. Segera setelah sampai distudio ia bertugas mengecek apakah
studio telah siap pakai. Ia harus bertemu dengan operator untuk mengecek apakah
mereka telah menyiapkan segala perlengkapan yang diperlukan.
Sutradara
seyogyanya menyambut dengan ramah setiap pemain yang hadir. Jangan samapai ada
pemain yang merasa tidak memperoleh perhatian dari sutradara. Hal itu dapat
mempengaruhi permainannya.
Setelah
pemain lengkap sutradara segera memimpin latihan. Latihan dapat dimulai dengan
latihan kering, yaitu latihan yang dilakukan di luar ruang studio dan dikerjakan
tanpa musik dan FX. Yang diutamakan ialah pemahaman isi naskah, penghayatan
peran masing-masing pemain, dan cara membaca naskah.
Tiap
pemain membaca bagian masing-masing sesuai dengan urutan naskah. Sutradara akan
membetulkan cara membaca yang belum betul. Dalam hal ini sutradara harus dapat
memberi contoh, misalnya bagaimana cara menangis, cara tertawa, dan sebagainya.
Setelah
latihan selesai pemain dipersilahkan masuk ke studio. Sutradara dan kerabat
kerja ada di ruang kontrol. Sutradara memberi petunjuk dimana pemain hatus
duduk atau berdiri, dan mikropon yang mana yang digunakan oleh masing-masing
pemain.
Sutradara
memberi petunujuk tanda-tanda yang digunakan dalam memimpin produksi. Pada
umumnya petunjuk dilakukan dengan menggunakan tangan, pemain melihat
tanda-tanda itu melalui jendela kaca tembus pandang yang membatasi ruang studio
dan ruang kontrol. Tanda yang biasa digunakan, misalnya sutradar menunjuk
seorang pemain artinya pemain itu harus mulai membaca teks naskahnya,
meletakkan tangan di leher seolah-olah menggorok leher berarti rekaman terhenti
karena ada kesalahan dan harus diulang, mendekatkan kedua tangannya berarti
pemain harus lebih dekat dengan mikropon, menggerakan tangannya naik turun
berarti membacanya harus diperlambat, dan sebagainya.
Langkah
berikutnya ialah mengadakan tes suara. Setiap pemain diminta membaca didepan
mikropon secara bergantian. Tinggi rendahnya suara diatur supaya tidak terlalu
lemah dan juga tidak terlalu keras. Dalam mengukur level suara ini sutradara
dan operator mengecek suara itu melalui jarum di alat rekaman. Setelah level
suaranya ditentukan, pemain bersangutan harus mengingat-ingat jarak mulutnya ke
mikropon dan volume suara yang digunakan waktu tes suara tadi. Dalam rekaman
nanti level suaranya harus diusahakan supaya sama dengan level waktu tes suara.
Sekarang
semua pihak telah siap untuk melakukan latihan basah. Pemain diminta membaca
peran masing-masing sesuai naskah, di depan mikropon. Dalam latihan ini musik dan
FX sudah digunakan benar-benar. Dalam latihan ini sutradara berpihak sangat kritis,
setiap ada kesalahan atau kejanggalan sutradara menghentikan latihan dan
memberi petunjuk untuk perbaikan. Adegan itu kemudian diulang kembali. Latihan
seperti ini biasanya lebih lama dari rekaman sesungguhnya.
Setelah
latihan berjalan baik rekaman segera dilaksanakan. Bila dalam rekaman ini masih
juga terjadi kesalahan, sutradara dapat melakukan perbaikan dengan cara:
1. bagian
yang salah dihapus dan adegan yang salah diulang kembali. Bila hal ini yang
dilakukan, jalannya rekaman biasanya agak lama, namun pada saat rekaman selesai
telah diperoleh program final.
2. adegan
yang salah diulang kembali tanpa menghapus kesalahan tadi. Bila hal ini yang
dilakukan rekaman dapat berjalan agak cepat. Setelah selesai rekaman, sutradara
dan operator masih harus mengedit kembali hasil rekaman itu untuk membuang
bagian-bagian yang tidak terpakai.
Setelahrekaman
selesai sutradara berkewajiban mengucapan terima kasih kepada seluruh pemain
dan operator.
C.
PRODUKSI
FILM BINGKAI
a. Jenisnya
Produksi progam film
bingkai memiliki dua jenis kegiatan produksi yang dapat dilakukan secara
berurutan.
1. Produksi
visual
Pada bagian ini bagian
visual yang meliputi gambar-gambar grafis dan caption serta gambar gambar yang
dapat diambil dari benda sesungguhnya atau modelnya diproduksi semuanya.
2. Produksi
audio
Produksi audio yaitu
narasi dan music serta sound efek.Cara memproduksinya sama dengan memproduksi
progam audio yang telah diuraikan dibagian terdahulu.Bahkan biasanya lebih
sederhana. Hal yang perlu diperhatikan ialah narasi dan music serta fX-nya
harus sesuai dengan visualisasinya.
b. Alat
yang diperlukan
Produksi bagian visual
memerlukan berbagai alat dibawah ini.
1) Kamera
Ada
berbagai jenis kamera yang dapat digunakan. Hal yang penting Anda harus
mempunyai keyakinan yaitu pertama, Anda harus yakin bahwa juru kamera Anda
dapat mengoperasikan kamera itu dengan baik. Kedua, kamera itu harus dapat
menghasilkan gambar yang diinginkan. Bila anda tidak dapat mencari juru kamera
dan anda sendiri kurang paham bagaimana memotret dengan kamera yang rumit, Anda
dapat menggunakan kamera instamatic. Kamera
yang rumit memang lebih luwes dan mempunyai kemampuan yang lebih besar, tetapi
memerlukan keahlian yang cukup untuk menggunakannya. Namun, kamera apa pun yang
digunakan apabila Anda atau juru kamera cukup berhati-hati dalam membuat
komposisi gambar potret,tentu akan diperoleh gambar yang baik.
2) Film
yang Digunakan
Dalam
membuat film bingkai, digunakan film khusus untuk film bingkai, misalnya Kodachrome. Film untuk film bingkai ada
yang berwarna, ada pula yang hitam putih. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di negara maju memang film hitam
putih dan berwarna tidak memberikan perbedaan efektivitas belajar yang berbeda pada
diri siswa. Namun, biasanya film berwarna lebih menarik untuk dilihat.
Waktu
membeli film, perlu Anda perhartikan di mana pengambilan gambar akan dilakukan.
Film yang digunakan dengan sinar matahari, lampu flash biasa dan lampu pijar
biasa, berbeda dengan film yang digunakan dengan mengambil sinar lampu neon.hal
ini yang perlu diingat waktu membeli film ialah ASA film itu. Bila Anda
mengambil gambar-gambar di pantai atau di udara terbuka yang sinarnya terang
gunakan saja film yang ASa-nya sedang, misalnya 64. Akan tetapi, jika akan
mengambil gambar di tempat tertutup dengan sinar lampu yang kurang terang,
lampu menggunakan flash, gunakan film yang ASA-nya tinggi, misalnya 1000.
3) Tiang
Penyangga untuk Mengkopi (Copy Stand)
Bila Anda akan memotret gambar grafis atau caption, biasanya gambar tersebut diletakkan di atas meja dan
gambar diambil dari atas. Mengambil gambar seperti ini tanpa tiang penyangga
sangat sukar karena kita akan cenderung bergerak, sehingga gambarnya tidak akan
tajam. Untuk keperluan itu disediakan tiang penyangga khusus yang disebut Copy
Stand. Di samping tiang penyangga Anda juga memerlukan dua buah lampu untuk
member sinar objek yang akan difoto. Lampu tersebut juga diletakkan pada tiang
penyangga dan dipasang di sebelah kanan dan kiri gambar atau grafis yang akan
difoto.
4) Alat
Perekam Audio
Untuk
merekam narasi dan bunyi-bunyi yang lain, kalau memungkinkan, seyogyanya
dilakukukan di studio rekaman seperti yang digunakan untuk merekam progam
audio. Apabila tidak dapat menggunakan fasilitas seperti itu, Anda dapat
merekamnya dengan menggunakan fasilitas seperti itu, Anda dapat merekamnya
dengan menggunakan fasilitas seperti itu, Anda dapat merekamnya dengan
menggunakan mesin perekam biasa (tape
recorder). Tentu saja mutu rekaman seperti itu tidak akan sebaik kalau
rekaman yang dilakukan di studio. Perekaman dengan alat seperti itu sebaiknya
dilakukan di kamar tertutup pada malam hari pada saat suasana sunyi. Dengan
demikian, sehingga tidak banyak suara-suara yang tidak diperlukan ikut terekam.
c. Kerabat
kerja
Seperti
halnya dalam produksi audio, dalam produksi film bingkai ini pun diperlukan
seorang sutradara yang memimpin produksi dan bertabggung jawab atas baik
buruknya hasil produksi.
Sutradara
perlu dibantu oleh kerabat kerja sebagai berikut.
1) Seorang
juru kamera yang terampil dalam menggunakan kamera 35 mm. Tugas juru kamera ini
mengambil gambar sesuai petunjuk sutradara.
2) Seorang
atau lebih grafik artis. Grafik artis ditugasi untuk membuat caption dan menggambar benda, peristiwa,
bagan dan sebagainya yang akan dipotret . grafik artis ini harus telah
menyelesaikan gambar-gambar sebelum saat produksi tiba.
3) Seorang
atau dua operator yang bertugas membantu sutradara dalam merekam narasi dan
music.
4) Pemain
yang akan memperagakan perilaku- perilaku tertentu yang akan diambil gambarnya
sebagai model.
d. Pelaksanaan
Produksi
Dalam
membuat progam film bingkai tentunya Anda perlu membuat judul progam film yang
anda buat itu. Judul progam film bingkai dibuat dengan membuat caption yang bertuliskan judul progam. Caption biasanya dituliskan pada sebuah
karton yang berukuran panjang:lebar = 4:3. Nama-nama penulis naskah,sutradara,
dn kerabat kerja lain yang dicantumkan di dalam progam, harus dituliskan pada
karton dengan ukuran seperti di atas.
Sering
kali benda-benda atau peristiwa-peristiwa yang perlu disajikan melalui film
bingkai yang dibuat sukar dijumpai. Dalam hal seperti itu benda atau peristiwa
itu harus digambar. Gambar-gambar itulah nanti yang dipotret.
Hampir
semua jenis kamera dapat digunakan untuk memotret caption dan gambar-gambar grafis. Namun, lensa kamera yang dipakai
itu harus ditambah dengan lensa close up.
Dapat juga menggunakan lensa makro. Apabila menggunakan lensa close up, lensa close up tersebut dipasang diujung lensa kamera Anda. Sering kali
tidak cukup dengan menambah satu atau dua lensa close up. Apabila objek yang dipotret kecil, Anda perlu menggunakan
lebih dari satu lensa close up. Apabila
menggunakan lensa makro, lensa pada kamera harus dilepas dan digantikan dengan
lensa makro.
Gambar
grafis yang akan dipotret dapat diletakkan di atas meja. Di kiri dan kanan
gambar perlu dipasang perlu dipasang dua buah lampu yang mempunyai reflector.
Lampu dipasang sedemikian rupa sehingga arah lampu itu membentuk sudt 45
derajat dengan tiang penyangga kameranya. Sinar dari kiri dan dari kanan harus
sama. Tiang penyangga kamera ditempatkan ditenggah gambar sedemikian rupa
sehingga kamera tepat berada di atas gambar itu.
Sebelum
menggambil gambar perlu diingat bahwa diagfragma kamera perlu diatur. Untuk
mengambil gambar dengan menggunakan lensa close
up, seyogyanya gunakab pembuka lensa (lens
opening) berukuranf/8, atau lebih kecil lagi. Untuk menyesuaikan kecepatan
dengan pembuka lensa tersebut, gunakan karton berwarna abu-abu. Tumpangkan
karton itu di atas gambar yang akan dipotret. Sinar pantulan dari karton itulah
yang diukur. Setelah karton abu-abu itu Anda ambil mungkin sekali light meter pada kamera akan berubah;
hal tersebut tidak perlu dihiraukan. Ukuran sinar dari karton abu-abu tadi akan
sesuai untuk gambar-gambar yang akan dipotret. Pemotretan benda-benda atau
peristiwa-peristiwa secara live, yaitudengan
diambil dari benda atau peristiwa sesungguhnya, dilakukan dengan cara seperti
yang biasa ditempuh dalam memotret.
Perlu
diingat bahwa dalam memotret film bingkai, diafgrafma harus diperbesar setengah
stop. Misalnya, jika pada saat diukur dengan light meter diagfragma menunjukan angka 11, maka supaya hasil
pemotretannya terang, diagfragma perlu
dibuka setengah stop lagi yaitu antara 8 dengan 11.
Untuk
mengambil benda, orang atau peristiwa yang penting, yang pengambilannya sukar
diulang lagi, misalnya tempatnya jauh,
objeknya orang besar yang sukar ditemui, dan sebagainya, disarankan
pengambilannya dengan menggunakan rasio yang cukup. Artinya, objek tersebut
diambil beberapa kali dengan mengubah-ubah diafragmanya, dan nanti hasil yang
terbaiklah yang dipakai.
Kalau
dalam pengambilan gambar ini sutradara dibantu oleh juru kamera yang baik,
sutradara cukup memberitahukan saja kamera kepada juru kamera, gambar yang
bagaimana komposisinya, lingkup pengambilannya adalah LS, MS, atau CU, sudut
pengambilannya apakah low, high, atau
eye level . yang melaksanakan
pengambilan juru gambarnya.
Apabila
pengambilan gambar telah selesai, film tersebut perlu dibawa ke laboraturium
film untuk dikembangkan (develop,process)
. Apabila dapat mengembangkan sendiri tentu saja hal itu boleh dilakukan.
Akan tetapi, perlu diingat bahwa kalau jumlah film hanya sedikit, biaya
mengembangkan sendiri akan jauh lebih mahal dari pada kalau dibawa ke
laboraturium film. Personalnya , obat pengembang film itu akan rusak jika tidak
segera dihabiskan. Padahal obat itu tidak dapat dibeli dalam jumlah kecil.
e. Editing
Film Bingkai
Setelah
dikembangkan, film tersebut perlu diedit. Pada bagian terdahulu pernah
dibicarakan bahwa dalam mengambil gambar kita perlu menggunakan rasio yang
cukup. Dengan demikian, untuk setiap objek yang diambil, kita akan mempunyai beberapa
gambar. Dalam editing, gambar-gambar itu diperbandingkan dan kita ambil yang
paling baik dan paling sesuai program.
Editing
dilakukan dengan menggunakan meja editing. Meja editing adalah sebuah meja yang
bagian atasnya dibuat dari plastik buram. Bentuk meja itu seperti neon. Di
bawah meja dipasang lampu yang cukup terang. Sehingga kalau lampu dinyalakan,
bagian atas meja itu akan menjadi terang. Di atas meja itu juga diletakkan
sebuah papan plastik yang dipasang miring, kira-kira membuat sudut 120o dengan
bagian atas meja. Papan plastik ini dibuat dari bahan yang sama seperti bagian
atas meja tadi. Di bagian belakang papan plastik juga dipasang lampu yang cukup
terang. Pada permukaan papan plastik miring ini diletakkan sekat-sekat
memanjang, tempat meletakkan film supaya tidak jatuh.
Film
yang telah selesai dikembangkan dipotong-potong dan diletakkan di atas meja.
Jika lampu dinyalakan, kita dapat melihat gambar pada film tadi dengan jelas.
Kalau gambar yang sama tadi dijajar-jajar di atas meja, kita dapat
membandingkannya dengan mudah dan dapat memilih gambar yang paling baik.
f. Memberi
Bingkai Film
Film
bingkai supaya mudah diproyeksikan ke layar harus diberi bingkai. Bingkai ini
ada yang dibuat dari plastik ada pula yang dibuat dari karton. Bingkai ini
berukuran 5 x 5 cm. Bagian dalam berjendela dengan ukuran 2
x 3
cm. Film yang telah dipotong-potong tadi
dipasang tepat pada jendela bingkai lagi. Dengan begitu, tepi film terjepit dua
bingkai, sedangkan bagian yang bergambar terpasang rapi di jendela.
Bingkai
tersebut harus dikunci agar tidak terlepas. Pda bingkai karton, yang digunakan
sebagai pengunci ialah lem. Sementara itu, pada bingkai plastik, sudah ada
lubang-lubang penguncinya. Apabila lubang-lubang itu ditekan dengan kuat,
bingkai itu akan melekat erat satu sama lainnya, sehingga film yang telah
dipasang tidak dapat bergeser-geser lagi. Film-film yang telah diberi bingkai
diletakkan di papan yang miring pada meja editing itu. Film-film itu diletakkan
dengan urutan sesuai naskah yang telah disusun. Setelah tersusun dengan urut,
bingkai tadi diberi nomor.
Cara
menuliskan nomor adalah sebagai berikut.
Film
bingkai tadi dipegang sehingga bagian yang mengkilat menghadap kita. Gambar
diputar sehingga kepala gamabar berada di bawah. Selanjutnya, tuliskan nomor
itu di susut kanan atas dari bingkai film. Penomoran ini perlu dilakukan secara
demikian, karena kalau kita akan menyajikan film dengan menggunakan proyektor,
film tersebut harus dipasang terbalik.
g. Merekam
Narasi
Narasi,
musik, dan sound effect pada program film bingkai harus sesuai dengan visualnya.
Oleh karena itu, dalam merekam bagian audio dari program film bingkai, urutan
visual itu harus disesuaikan. Di smping itu, perlu juga diingat bahwa dalam
penyajiannya, fim bingkai harus diproyeksi ke layar satu per satu secara
berurutan. Pergantian dari bingkai yang satu ke bingkai yang lain itu memakan
waktu beberapa detik. Perlu diusahakn supaya narasi berhenti sejenak pada saat
pergantian film itu terjadi.
Sebaiknya,
setiap kali gambar baru muncul di layar, penonton diberi waktu beberapa detik
untuk membaca makna visualisali. Setelah itu, informasi yang sekiranya sukar
diperoleh dari gambaran visual itu diperjelas dengan narasi. Untuk memudahkan penyajian,
setiap kali uraian yang berkaitan dengan gambar tertentu, selesai disampingkan,
perlu doberikan bunyi bel. Bel sebagai tanda bahwa film bingkainya perlu
diganti dengan urutan berikutnya. Tanda bel yang diberikan di sini cukup pendek
saja, misalnya berbunyi tut atau tet atau ting. Setiap kali mendengar tanda
bel, orang yang menyajikan film bingkai ini harus menekan tombol tertentu. Hal
ini dilakukan untuk mengganti film bingkainya.
Dengan
menggunakan alat perekam khusus, pergantian gambar film bingkai ini dapat
diatur secara otomatis. Dalam hal ini, tanda bel tersebut tidak diperlukan
lagi. Akan tetapi, perlu diingat bahwa dalam penyajiannya nanti harus juga
digunakan alat pemutar kaset audio yang khusus juga.
EVALUASI
1.
Sebutkan
tiga kelompok personil yang terlibat dalam kegiatan produksi!
2.
Sebutkan
pembagian tugas dalam produksi
a.
Sutradara
b.
Kerabat
kerja
c.
Pemain
3.
Apa
yang dimaksud dengan:
a.
Latihan
kering
b.
Latihan
basah
4.
Sebut
dan jelaskan jenis produksi film bingkai!
5.
Sebutkan
alat-alat yang diperlukan dalam produksi bagian visual!
6.
Apa
peran kerabat kerja dalam produksi film bingkai!
7.
Apa
yang harus dilakukan pada pelaksanaan produksi jika objek yang di potret kecil?
8.
Jelaskan
tentang meja editing!
9.
Pada
pemberian bingkai film, jelaskan cara menuliskan nomor!
10. Apa keuntungan merekam narasi dengan menggunakan alat
perekam khusus?
DAFTAR PUSTAKA
Sadiman, Arif
S., dkk. 2011. Media Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.
http://vythanobytha.blogspot.com/p/penulisan-naskah-media-pembelajaran.html online: 15 September 2012.12:34


0 komentar:
Posting Komentar